JAKARTA, - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, mengatakan bahwa 'koalisi ujug-ujug' harus dihentikan. Fahri mengatakan bahwa tidak sehat bagi presidensialisme jika membiarkan adanya 'koalisi ujug-ujug'.
"'Koalisi ujug-ujug' harus dihentikan di republik ini!" kata Fahri kepada wartawan, Jumat (13/5).
"Tidak sehat bagi presidensialisme kita membiarkan 'koalisi ujug-ujug' tidak ada ujung, tidak ada pangkal, bagaimana dia dimulai, begitu pula dia berakhir," imbuhnya.
Fahri mengatakan bahwa koalisi tidak dikenal dalam presidensialisme. Fahri menyebut bahwa koalisi adalah terminologi dalam parlementerisme.
"Terminologi koalisi tidak dikenal dalam presidensialisme. Koalisi adalah terminologi dalam parlementerisme. Itu sebabnya sulit mencari di mana letak koalisi dalam sistem kita. Dalam UUD hanya disebut soal pengusung partai politik dan gabungan partai politik," jelas Fahri.
Fahri mengatakan bahwa penyebutan pengusul calon presiden untuk mengantisipasi adanya pasangan calon yang didukung oleh lebih dari satu partai politik.
"Sebenarnya original intent atau maksud awal dari penyebutan pengusul seorang capres 'partai politik dan gabungan partai politik' adalah karena konstitusi mengantisipasi adanya satu pasangan calon didukung oleh lebih dari satu partai politik," ujar Fahri.
"Karena itu, sebenarnya asal usulnya memang setiap partai politik boleh mengusulkan calonnya karena calon itulah nanti yang secara tegas menjelaskan apakah ideologi dan ide partai politik tersebut apabila memimpin secara nasional kadernya," imbuhnya.
Fahri mengatakan bahwa Partai Gelora sedang memperjuangkan agar setiap partai muncul dengan identitas yang kuat. Fahri mengatakan bahwa pihaknya mengedepankan konsep dan ideologi partai.
"Sebenarnya Partai Gelora sedang memperjuangkan agar setiap partai muncul dengan identitasnya yang kuat. Itu sebabnya, sebaiknya dia punya juru bicara dan calon presiden yang bisa menyampaikan pesan yang berbeda kepada masyarakat tentang siapa mereka dan apa warna mereka," ujar Fahri.
"Kami tidak setuju kalau politik berubah menjadi koalisi materiil, tetapi kami mau memperkuat identitas presidensialisme dengan mengedepankan konsep dan ideologi partai yang diwakili dan juru bicara secara tegas oleh presiden atau calon presidennya," tambah Fahri.